Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas video game melonjak, memikat jutaan pemain di seluruh dunia. Di tengah booming hiburan digital ini, “Mobile Legends: Bang Bang”, sebuah game arena pertarungan online multipemain (MOBA), telah mengukir ceruk pasar yang signifikan. Namun, game populer ini mendapat sorotan dari sumber yang tidak terduga—People for the Ethical Treatment of Animals (PETA). Organisasi hak-hak binatang telah menyuarakan keprihatinan atas penggambaran dan penggunaan avatar dan kulit bertema binatang. Artikel ini mengeksplorasi kampanye PETA, implikasinya terhadap komunitas game, dan diskusi yang lebih luas tentang representasi etis di ruang digital.
Pengertian Mobile Legends dan Popularitasnya
“Mobile Legends: Bang Bang” yang diluncurkan pada tahun 2016, telah menjadi salah satu game seluler yang paling banyak dimainkan di seluruh dunia. Dikembangkan oleh Moonton, Mobile Legends mempertemukan dua tim dalam pertarungan strategis real-time. Game ini menawarkan beragam karakter—atau pahlawan—masing-masing dengan kemampuan, kulit, dan avatar unik, beberapa di antaranya memiliki ciri atau karakteristik mirip binatang.
Daya tarik game ini terletak pada aksesibilitasnya, dinamika tim, dan kedalaman strateginya, serta memiliki basis pemain yang besar, terutama di Asia Tenggara.
Kekhawatiran PETA: Seruan untuk Avatar Bebas Hewani
PETA yang terkenal dengan sikap aktivisnya terhadap hak-hak hewan telah mengalihkan perhatiannya ke industri game, termasuk “Mobile Legends”. Organisasi tersebut berpendapat bahwa penggunaan avatar, kulit, dan motif bertema binatang melanggengkan komodifikasi dan objektifikasi binatang. PETA berpendapat bahwa meskipun karakter-karakter ini tampak tidak berbahaya, mereka berkontribusi pada budaya di mana hewan hanya dianggap sebagai hal baru dalam dunia digital.
Argumen Melawan Avatar Hewan
-
Komodifikasi Hewan:
PETA berpendapat bahwa avatar hewan mereduksi makhluk hidup yang kompleks menjadi sekedar kiasan atau stereotip, yang berpotensi mengubah persepsi tentang nilai dan kompleksitas hewan yang sebenarnya.
-
Penguatan Tema Eksploitatif:
Organisasi ini percaya bahwa representasi digital dapat menormalisasi gagasan penggunaan hewan sebagai alat atau simbol untuk tujuan manusia, sehingga melemahkan kampanye PETA yang lebih luas melawan eksploitasi hewan.
- Representasi Etis di Media:
Menggaungkan perdebatan dalam film, sastra, dan media lainnya, pendirian PETA mengundang industri untuk merefleksikan etika representasi dan potensi dampak penggambaran digital di dunia nyata.
Tanggapan Komunitas Game
Komunitas game, yang terkenal dengan basisnya yang beragam dan vokal, mempunyai reaksi beragam terhadap kampanye PETA.
Dukungan untuk Avatar Etis
Beberapa pemain dan pengembang setuju dengan PETA, menganjurkan penggambaran hewan yang lebih penuh perhatian dan penuh hormat. Mereka berpendapat bahwa kreativitas dalam desain karakter dapat berkembang tanpa menggunakan motif binatang, sehingga mendorong inovasi dan inklusivitas.
Kritik dan Kekhawatiran
Sebaliknya, banyak gamer yang menghargai estetika dan inspirasi kreatif yang diambil dari fauna, dengan alasan bahwa avatar adalah konstruksi fiksi yang tidak mencerminkan atau berdampak pada dinamika dunia nyata. Mereka melihat kampanye PETA melampaui batas atau melanggar kebebasan artistik.
Percakapan yang Lebih Luas: Representasi Etis dalam Game
Kampanye PETA membuka peluang diskusi yang lebih luas mengenai representasi etis di media digital. Meskipun game terutama menyajikan hiburan, game juga menyediakan platform untuk mengeksplorasi narasi budaya yang kompleks.
Potensi Dampak Industri
-
Peningkatan Kesadaran:
Advokasi PETA telah meningkatkan kesadaran tentang penggambaran etis dalam game, kemungkinan besar mendorong pengembang untuk mengevaluasi pilihan kreatif mereka dengan lebih sadar.
-
Dialog Pengembang-Komunitas:
Inisiatif seperti PETA dapat mendorong dialog konstruktif antara pengembang dan komunitas mengenai representasi, inklusivitas, dan standar etika.
- Keberagaman dalam Desain Karakter:
Seiring berkembangnya perbincangan tentang etika digital, pengembang game mungkin mengeksplorasi lebih banyak inspirasi yang beragam di luar tema hewan tradisional, sehingga menghasilkan pengalaman bermain game yang lebih kaya dan bervariasi.
Kesimpulan: Menavigasi Etika Media Modern
Persimpangan antara advokasi hak-hak hewan dan media digital yang dicontohkan oleh kampanye PETA melawan “Mobile Legends” menggarisbawahi pentingnya wacana berkelanjutan seputar etika, representasi, dan kreativitas media. Ketika hiburan digital terus merintis ruang yang imersif dan inovatif, menyeimbangkan kebebasan berkreasi dengan pertimbangan etis tetap menjadi upaya yang penting.
Melalui kampanye yang mengadvokasi kesejahteraan hewan di arena yang tidak terduga, seperti game, PETA dan organisasi serupa menantang para pembuat konten untuk berpikir melampaui batasan tradisional, mendorong inklusivitas dan rasa hormat dalam narasi virtual yang memikat penonton di seluruh dunia.

